Dirly
“Ily!!!!!!!!!!!!”,
dengan tergopoh-gopoh Siska menghampiriku, aku langsung menjatukan sapuku
karena kaget Siska berteriak. “Kenapa Sis?”, kulihat Siska menormalkan
nafasnya. Siska sahabatku sedari kecil, meski kita beda keyakinan tapi itu
bukan penghalang untuk kita jadi sahabat. Dia satu-satunya sahabat yang
kupunya. Dari kecil kami selalu bersama bahkan hingga kami di perguruan tinggi.
“Gilak ,
di blok kita ada malaikat”, ucap Siska ngelantur
“Malaikat
kita beda ya Sis, ngomong yang jelas napa”, ucapku kesal
“Yelah
maksudku malaikat ganteng”
“ Elah
lebay banget sih, balik sono aku mau nyapu halaman ni”
“Ah gak
asik kamu”, dengan muka cemberut Siska pergi dan bisa kutebak sore nanti dia
pasti kembali. Terkadang Siska itu lucu, dia seringkali lupa kalau kami sedang
marahan. Tapi aku jadi penasaran tentang malaikat yang dikatakan Siska. Seperti apakah??????
Sore
ini aku nongkrong di halaman rumah sambil mengerjakan tugas kuliah yang
bertaburan seperti bintang, lebay. Diiringi lagu Maudy Ayunda menyempurnakan
soreku. Aku terus fokus pada laptopku yang mulai menua maklum laptop ini hadiah
ulang tahunku saat kelas satu SMA dan sekarang aku sudah semester empat di
perguruan tinggi. Aku begitu fokus pada tiap kata bahkan huruf yang kutulis dan
“DIRLY!!!!!!” astaga sudah kutebak anak setan ini datang lagi.
“Kenapa Sis, mau cerita malaikat lagi?”, tanyaku kesal
“Bad fakta Dir, tau gak ternyata kita beda keyakinan”,
tingkah kekanakan Siska mulai kambuh
“Yang jelas kenapa elah”
“Tau gak malaikat yang aku ceritain tadi pagi dia muslim”
“Siska sayang sekarang kamu bukan anak-anak lagi ya, kamu
udah dewasa dan mestinya kamu tahu mana yang harus kamu pilih, tergantung pada
ini”, telunjukku mengarah kedada Siska
“Aku pilih dia”
“Jadi?”, tanyaku penasaran. Siska tak bergeming matanya
nanar melihat dedaunan diatas. Baru kali ini kulihat Siska begitu kukuh.
Kurangkul pundaknya untuk menguatkan. Hingga samar-samar matahari menghilang.
Senin
ini aku masuk kuliah pagi dengan dosen yang super killer dia tak segan-segan
memberikan nilai D untuk mereka yang telat. Selesai menyiapkan semua buku aku
segera berlarian menyusuri gang rumahku yang ramenya diatas rata-rata, naas
kakiku menyandung batu dan “BUKKK” aku tersungkur ke tanah. Rupanya Allah
mengirimkan malaikatnya untuk membereskan buku-bukuku oh sepertinya virus Siska
menular padaku. Senyumnya membuatku meleleh tak berkedip memandangnya yang
sibuk membereskan buku-bukuku. Astaga aku panik ketika arlojiku menunjukkan
pukul 07.30 refleks aku menarik
buku-bukuku yang ada ditangannya dan segera berlari meninggalkannya yang heran
melihat tingkahku. Samar-samar kudengar dia memanggilku tapi sama sekali aku
tak menggubrisnya walau dalam hati ini berkata tak rela.
Di Kampus
“Kamu tau sekarang jam berapa?”,
bentak Pak Anton ketika aku meminta maaf atas keterlambatanku. Berkali- kali ia
menyodorkan arlojinya. Aku hanya berpura-pura tidak tahu. “Tadi tu bisnya
ma.....”, belum selesai aku menyelesaikan kata-kataku Pak Anton sudah
memotongnya. “Saya ndak mau tau sekarang kamu keluar dari kelas saya dan
kumpulkan tugasmu”. Setengah hati akhirnya aku menyerah dan kucari tugasku, Ya
Allah mengapa tidak ada. Tamatlah riwayatku sekarang, buku itu pasti terjatuh
di gang tadi. Semoga malaikatku masih menyimpannya, hadai lebay banget ya?
Saat aku sibuk mencari tugasku
tiba-tiba Pak Anton meyuruhku keluar dan mengulang mata kuliahnya semester
depan jika sore ini aku tidak mengantarkan tugasku kerumahnya. Seisi kelas
melihatku dengan tatapan iba, mereka juga sering diperlakukan Pak Anton dengan
semena-mena sepertiku. Sudahlah aku berharap bisa mendapatkan tugasku lagi.
Akhirnya aku pulang dengan muka
suram. Ibu yang sedang menyapu halaman heran karena aku pulang cepat sekali.
“Loh kok cepet ndok pulangnya, ono opo ndok ?”, tanya ibuku dengan wajah cemas.
Akupun menceritakan semuanya pada ibu. “ Seng sabar ndok sekarang kamu masuk
dan solat dhuha berdoa biar tenang”, ibu memang satu-satunya obat penenangku
yang mujarab dirumah ini karena aku adalah anak tunggal dan ayahku sibuk
bekerja di pabrik. Ibulah satu-satunya diary tempatku menumpahkan segala
penatku.
Selesai sholat aku merebahkan
tubuhku dikasur, saking capeknya hingga aku ketiduran. Samar-samar kudengar
pintu rumah diketuk. Dengan malas kubuka pintu dan Oh my God. Ku usap mataku untuk
memastikan ini mimpi atau bukan, lihat siapa yang berdiri di depanku. “
Assalamualaikum”, ucapnya, pria malaikat. Kujawab salamnya dengan segala senyumku
saat ia mengembalikan tugasku. Hingga aku tak sadar dia pamit untuk pergi. “Mas
siapa namanya?”, seruku dengan penuh penasaran. “ Faiz.....”, jawabnya tanpa
menoleh.
Aduh mulai deh GR, kok dia tau
rumahku, jangan-jangan......stop thinking anything. Lebih baik lanjut tidur dan sore cus mengumpulkan tugas.
Eh belum sempat menutup pintu ibu sudah pulang. “ Itu tadi siapa ndok yang dari
sini, tadi ibuk papasan” tanya ibuku penuh selidik. “Namany Faiz buk, dia yg nemuin tugas Ily”, ucapku
menjelaskan. “Kayak kenal deh Ly”.”Udahlah gakusah difikir buk, Ily mau tidur
bentar ya?”....
Hari-hari kulalui dengan
semangat, belakangan kuketahui Faiz adalah cucu dari nenek Rati. Kami pun
sering berpapasan saat aku pergi ke kampus. Dia mengantarkan neneknya ke
gereja, eh tapi tunggu dulu dia islam loh. Tak jarang aku menyapa nenek Rati
dan sesekali curi pandang kepadanya. Dan dia selalu tersenyum manis padaku.
Sudah seminggu sejak Siska
bercerita tentang pria malaikat yang tak lain adalah Faiz karena hanya
satu-satunya muslim yang mengantarkan neneknya ke gereja. Is she broken heart to knows they are
different in faith?. Sebaiknya aku kerumahnya untuk memastikan.
Namun setiap kali aku kerumahnya
pembantunya mengatakan dia tidak dirumah. Lalu aku mencari ke kelasnya juga tak
ada. Ini seperti dia menghindar atau semacamnya. Nomornya pun tak pernah aktif.
Aku pun semakin sibuk dengan ujian tengah semester.
Tiga bulan kemudian....
Hari ini aku ke bank untuk
mengambil tabungan hasil kerjaku selama libur tiga bulan ini, akan kugunakan
untuk membayar uang semesteran walaupun tidak cukup setidaknya bisa meringankan
beban orangtuaku. Tapi tunggu dulu, sepertinya aku tahu siapa pemilik tas pink
di dalam ATM. Ya itu tas kesukaan Siska, tapi mengapa dia memakai jilbab.
Dugaanku benar saat perempuan itu keluar.
“Siska”, si empunya nama kaget
melihatku dan berlari, akupun mencoba untuk mengejarnya. Sepertinya Siska lelah
diapun berhenti, aku segera meraih tangannya tetapi betapa kagetnya aku saat
dia melepaskan tanganku dengan kasar. “ Kenapa? Kamu heran kenapa aku pakai
ini?”, maki Siska seraya melepas kerudungnya aku hanya ternganga dibuatnya. “
Kamu pasti mau bilang kalau aku ini gila, aku mengorbankan agama hanya untuk
laki-laki. Dan diam-diam kamu juga suka dia kan. Nenek bilang kamu sering
curi-curi pandang ke Faiz, iya kan?. Dan dengar aku tidak berkorban apapun. Aku
atheis, aku tidak punya agama hahahahaha”. “Oh jadi begitu, jadi selama ni
hanya berpura-pura?”, ucap Faiz yang tiba-tiba muncul. Ekspresi Siska
benar-benar ketakutan. “Aku Cuma mau kasih ini ke kamu”, menyodorkan kartu
tabunganku.” Setelah ini jangan pernah lupa lagi”. Faiz pergi dengan raut wajah
kecewa. Sejak hari itu kudengar Siska berhenti kuliah dan Faiz juga kembali ke
Jakarta.
Semua kembali normal seperti
biasa. Aku semakin sibuk dengan kuliahku. Apalagi sekarang sedang masa KKN dan
setahun lagi aku akan wisuda. Tapi sejujurnya saat sibuk seperti ini aku sangat
membutuhkan sosok sahabat seperti Siska, apakah dia baik-baik saja sekarang?,
walau ada perasaan kecewa padanya karena telah mempermainkan agama tetap saja
dia sahabatku dan dia yang terbaik.
Kabar buruk kudengar dari ibu,
nenek Rati pergi ke Jakarta. Katanya Faiz kecelakan dan benturan di perutnya
mengakibatkan dia harus transplantasi ginjal.Dua ginjalnya rusak parah,
beruntung seseorang merelakan satu ginjalnya untuk Faiz.
Tiba saatnya hari ini aku
diwisuda. Semua keluarga besar datang kerumah untuk merayakan kelulusanku.
Berbagai kado dan mawar indah kuterima dari teman-teman dan keluargaku yang
hadir. Dan kabar bahagianya lagi adalah aku sudah mendapatkan pekerjaan.
Berbekal S1 Akutansi aku mengikuti interview disebuah bank dan alhamdulilah aku
diterima. Bank yang menjadi saksi bisu akhir pertemuanku dengan Faiz.
Kebahagiaanku benar-benar
sempurna, di penghujung acara tasyakuranku seseorang datang memberiku mawar
pink muda yang sangat indah. “Selamat ya atas keberhasilannya”, ucap
Faiz.”Terimaksih Iz ini yang paling indah”, aku mencium mawar pemberian Faiz.
Selesai acara aku mengantar Faiz
pulang sampai di pagar rumahku. Sebelum
pergi ia memberiku sepucuk surat. Kenapa harus sepucuk surat?, kenapa tidak
bicara langsung saja?
“Datang ya diwisudaku”, ucap Faiz yang seketika membuyarkan
lamunanku
“Wisuda?Kamu kulliah?”, tanyaku dengan penuh penasaran.
Pertanyaanku hanya dijawab dengan senyum dan anggukan yang membuatku melted.
Hidupnya memang penuh teka teki. Dan itu yang membuatku semakin penasaran dan
tertarik untuk masuk ke dalamnya.
Assalamualaikum wr.wb
Dear sahabatku Dirly Aminah yang
dirindu syurga, semoga engkau baik-baik Ilyku sayang.Mungkin saat kamu membaca
sepucuk suratku ini kita tak lagi di dunia yang sama. Maaf terakhir aku
benar-benar mengecewakanmu Ily, kuharap masih ada maaf untukku. Ily kamu
malaikat cantikku yang selalu tersenyum padaku saat yang lain tiada peduli
padaaku. Bahkan dua orang yang katanya paling menyayangiku sekalipun. Mereka
sering memarahiku bahkan tak jarang mereka menggunakan tangan. Dan itu alasanku
tak beragama Ly. Mereka yang mempunyai keyakinan tapi masih suka menyakiti
sesama.
Dan alasanku menjadi muslimah
itu tulus. Awalnya memang karena Faiz tapi lama-kelamaan aku benar-benar merasa
nyaman. Tapi entah kenapa aku tidak siap untuk bertemu denganmu. Aku takut kamu
menertawakanku.
Sekarang aku sudah tenang
disini. Aku sudah memberikan segala yang kupunya kepada malaikat kita Ily.
Terakhir jangan sedih Ily.
Senyum....
Your
bats
Siska
May
Rasanya tak kuat aku menangis.Aku
benar-benar kehilangan Siska untuk selamanya. “Drttt...”, suara hp ku bergetar
pesan dari nomor baru.
Hidup dan mati seseorang sudah
diatur. Jangan disesali ya....
Aku juga baru tau semua dari
neneknya. Tadi neneknya menelponku, dia mengatakan pesan terakhir Siska untuk
selalu mendoakannya. Beliau juga mengatakan ginjal ini pemberian Siska. Waktu
aku kecelakaan pada saat yang sama Siska mengalami gegar otak akibat terpeleset
di toilet rumah neneknya yang licin. Dari nenek dia tahu kalau aku sedang
membutuhkan ginjal. Semua ini karenamu,,,dia ingin seperti sahabatnya yang
selalu menebar kebaikan. Jangan sedih ya....
Faiz
Hari wisuda yang ditunggu telah tiba, aku
senang sekali bisa menjadi pendamping wisuda Faiz yang sudah bisa dipanggil
dokter. Tak henti-hentinya dia tersenyum bahagia. Sekejab kulihat bayangan
Siska tersenyum.
Selesai
acara aku dan keluarga Faiz berziarah ke makam Siska di kawasan Jakarta Selatan.
Kulihat Faiz meneteskan airmata. Ada sedikit rasa cemburu walau itu pada
sahabatku sendiri. Ya Allah perasaan apa ini?. Bukankah aku sudah berjanji
untuk melupakan perasaan ini.
Keluarga
Faiz sudah pulang terlebih dahulu. Tinggalah kami dan supir keluarga.
Diperjalanan pulang aku hanya diam saja. Sementara Faiz sibuk dengan hp nya.
Sesamapainya
dirumah aku dikejutkan oleh kehadira orangtuaku. Ibu memelukku dan mengucapkan
selamat ulang tahun padaku. Aku sendiri saja lupa ultahku. Dan bagian
terpentingnya sekarang aku tahu teka-teki Faiz.
Ternyata
dari kecil kami sudah dijodohkan, namun hanya aku yang tidak mengetahuinya.
Faiz sendiri yang melarang semua orang untuk memberi tahu. Dia ingin cintaku
padanya tumbuh apa adanya. Dan itu berhasil.
And now
I feel like I’m the queen dengan memakai baju pengantin disamping pangeran,
duduk disinggasana. Terimakasih Tuhan and my beloved Siska......